Langsung ke konten utama

RPP SMK

 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

KD. 3.4 Menerapkan pengaturan lingkungan dan iklim mikro kandang ternak
 

 

Nama Sekolah                         : SMK Aribisnis Produski Ternak

Mata Pelajaran                        : Dasar-Dasar Pemeliharaan Ternak

Kelas/Semester                        : X/ Ganjil

Materi pokok                           : Pengaturan Lingkungan dan Iklim Mikro Kandang Ternak

Alokasi waktu                         : 12 JP




  1. Kompetensi Inti (KI)

KI. 1   Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.

KI. 2 Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleran, gotong royong), santun, dan percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.

KI. 3 Memahami, menerapkan, menganalisis, dan mengevaluasi tentang pengetahuan faktual, konseptual, operasional dasar, dan metakognitif sesuai dengan bidang dan lingkup kerja Agribisnis Ternak pada tingkat teknis, spesifik, detail, dan kompleks, berkenaan dengan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dalam konteks pengembangan potensi diri sebagai bagian dari keluarga, sekolah, dunia kerja, warga masyarakat nasional, regional dan internasional.

KI. 4   Melaksanakan tugas spesifik dengan menggunakan alat, informasi, dan prosedur kerja yang lazim dilakukan serta memecahkan masalah sesuai dengan bidang kerja Agribisnis Ternak. Menampilkan kinerja di bawah bimbingan dengan mutu dan kuantitas yang terukur sesuai dengan standar kompetensi kerja.Menunjukkan keterampilanmenalar, mengolah, dan menyaji secara efektif, kreatif, produktif, kritis, mandiri, kolaboratif, komunikatif,dan solutif dalam ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung. Menunjukkan keterampilan mempersepsi, kesiapan, meniru, membiasakan, gerak mahir, menjadikan gerak alami dalam ranah konkret terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah, serta mampu melaksanakan tugas spesifik di bawah pengawasan langsung.

 

  1. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar

Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK)

3.4 Menerapkan pengaturan lingkungan dan iklim mikro kandang ternak

3.4.1 Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi iklim mikro kandang

3.4.2 Menganalisis kondisi lingkungan iklim mikro kandang

3.4.3 Memecahkan  permasalahan lingkungan iklim mikro kandang ternak

3.4.4 Merancang pengaturan iklim mikro kandang

 

4.4 Melakukan pengaturan lingkungan dan iklim mikro kandang ternak

4.4.1 Melaksanakan pengaturan lingkungan dan iklim mikro kandang ternak

 

 

  1. Tujuan Pembelajaran

1.      Peserta didik mampu menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kandang ternak unggas melalui studi literatur dengan tepat.

2.      Peserta didik mampu menganalisis kondisi lingkungan kandang melalui observasi kandang ternak dengan baik.

3.      Peserta didik mampu memecahkan  permasalahan lingkungan kandang melalui diskusi dengan baik.

4.      Peserta didik mampu merancang pengaturan lingkungan dan iklim mikro kandang untuk ternak unggas (ayam broiler, ayam petelur dan itik) melalui praktikum dengan benar.

5.      Peserta didik melaksanakan pengaturan lingkungan dan iklim mikro kandang untuk ternak unggas (ayam broiler, ayam petelur dan itik) dengan benar melalui praktikum.

  1. Materi Pembelajaran

1.         Komponen iklim mikro

2.         Permasalahan lingkungan iklim mikro kandang ternak

3.         Pengaturan lingkungan dan iklim mikro.

 

  1. Metode Pembelajaran

1.      Model Pembelajaran         : Problem based learning (PBL)

  1. Media Pembelajaran

 Media pembelajaran adalah “brooding DOC” Diharapkan peserta didik mampu membuat brooding DOC yaitu pengaturan iklim mikro kandang untuk DOC.

TERLAMPIR

Alat dan bahan : kardus, gunting, kertas, koran bekas, botol bekas.

  1. Sumber Belajar

Buku teks bahan ajar siswa  SMK Agribisnis Produksi Ternak

Muharom. 2013. Simulasi Pertumbuhan Ayam broiler berdasarkan variabilitas iklim mikro kandang. IPB. Bogor

Gunawan. 2004. Pengaruh suhu lingkungan tinggi terhadap kondisi filologis dan produktivitas ayam buras. IPB. Bogor

  1. Langkah-Langkah Pembelajaran

PERTEMUAN I

 

KEGIATAN PENDAHULUAN (10MENIT)

 

SINTAK

KEGIATAN GURU

KEGIATAN SISWA

 

Orientasi

Guru membuka pelajaran dengan salam dan berdoa.

Peserta didik menjawab salam dan berdoa.

 

Guru memeriksa kehadiran peserta didik

Peserta didik menjawab absen

 

Guru meminta peserta didik melakukan pengkodisian kelas dan peserta didik

Peserta didik melakukan pengkodisian kelas dan merapikan diri

 

Guru memberikan penjelasan mengenai gambaran materi yang akan dipelajari

Peserta didik mencermati dan menulis penjelasan guru

 

Apersepsi

Guru mengaitkan materi yang sebelumnya dengan dengan bertanya kepada peserta didik

Peserta didik diharapkan menjawab dengan benar dan mengingat materi sebelumnya yaitu perkandangan

 

Guru menanyakan apa saja iklim yang ada di Indonesia. Kemudian guru menginformasikan bahwa ada keterkaitan antara perkandangan dengan lingkungan dan iklim.

“Iklim di Indonesia ada kemarau dan musim hujan. Ketika kita sudah menentukan kandang kemudian akan melakukan pemeliharaan, maka agar kita dapat melakukan pemeliharaan dengan hasil yang optimal kita harus membuat iklim di dalam kandang nyaman untuk ternak agar ternak dapat tumbuh optimal”

Peserta didik diharapkan menjawab ada dua iklim di Indonesia yaitu kemarau dan hujan.

 

Motivasi

Guru memberikan informasi bahwa pengaturan lingkungan dan iklim mikro kandang sangat penting untuk ternak agar dapat tumbuh dan produksi optimal.

Peserta didik mencacat penjelasan guru

 

KEGIATAN INTI (160 MENIT)

 

SINTAK

KEGIATAN GURU

KEGIATAN SISWA

Orientasi Pada Masalah

Guru mengajak peserta didik mengamati kondisi lingkungan kandang ternak ayam broiler

Peserta didik mencermati penjelasan guru

Guru mengajukan masalah yang tertera pada LKPD

Peserta didik mencermati penjelasan guru

Guru mengarahkan peserta didik mengamati, memahami dan menganalisis masalah secara individu dan mengajukan hal-hal yang belum dipahami terkait masalah yang disajikan

Peserta didik  mengamati, memahami dan menganalisis masalah yang disajikan

Jika ada peserta didik yang mengalami masalah guru mempersilahkan siswa lain untuk memberikan tanggapan

Peserta didik membuat rumusan masalah

Guru mengarahkan peserta didik menuliskan masalah yang ada di lembar kerja

Peserta didik  menuliskan masalah yang ada di lembar kerja

 

 

 

Mengorganisasikan Peserta Didik untuk Belajar

Guru mengarahkan peserta didik membentuk kelompok

Peserta didik membentuk kelompok

Guru berkeliling mencermati peserta didik bekerja, mencermati dan menemukan berbagai kesulitan yang dialami oleh peserta didik

Peserta didik menuliskan pemecahan masalah di lembar kerja

 

 

 

Membimbing Penyelidikan Individu dan Kelompok

Guru membimbing peserta didik untuk melakukan analisis untuk memecahkan masalah

 

Peserta didik melakukan analisis permasalahan

Guru membantu peserta didik mendapatkan informasi dari berbagai sumber

Peserta didik mencari informasi dari berbagai sumber

Guru mengarahkan peserta didik untuk mendiskusikan penyelesaian masalah

Peserta didik berdiskusi dengan kelompok

 

 

 

Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya

Guru mengarahkan peserta didik untuk menyiapkan laporan hasil diskusi

Peserta didik menyiapkan laporan hasil diskusi

 

 

 

Menganalisa dan Mengevaluasi Proses Pemecahan Masalah

Guru mengarahkan semua kelompok untuk presentasi secara bergilir

Peserta didik presentasi secara bergantian

 

 

 

KEGIATAN PENUTUP (10 MENIT)

SINTAK

KEGIATAN GURU

KEGIATAN SISWA

Penutup

Guru bersama peserta didik untuk menyimpulkan hasil pembelajaran

peserta didik bersama guru menyimpulkan hasil pembelajaran

Guru memberikan penugasan kepada peserta didik

peserta didik mencatat penugasan yang diberikan oleh guru

Guru mengakhiri kegiatan pembelajaran

peserta didik menjawab salam dan mengakhiri kegiatan pembelajaran



MATERI PEMBELAJARAN

 

1.    KOMPONEN IKLIM MIKRO

Lingkungan ternak merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kelangsungan hidup ternak. Apabila ternak yang dipelihara mendapatkan lingkungan yang baik untuk tumbuh dan berkembangnya maka, hasil yang diharapakan tentunya akan tercapai. Untuk mendapatkan lingkungan yang baik, ada beberapa faktor yang harus diperhatikan diantaranya: suhu, kelembaban, cahaya, angin, curah hujan, udara dan gas Berbicara tentang suhu dan kelembaban, tentunya tidak terlepas dari bagian-bagian iklim. Dalam pemeliharaan ternak baik itu ternak ruminansia, ternak unggas maupun aneka ternak iklim yang berperan disebut dengan istilah iklim mikro. Semua orang pasti sudah mendengar dan sebagian orang pasti sudah ada yang paham tentang apa itu: iklim, iklim mikro, iklim makro, cuaca, suhu dan kelembaban.

A.    Iklim

Pengertian iklim adalah kesimpulan dari perubahan nilai unsur-unsur cuaca (hari demi hari dan bulan demi bulan) dalam jangka panjang di suatu tempat atau pada suatu wilayah. Atau dengan kata lain iklim adalah keadaan cuaca rata-rata dalam waktu satu tahun yang penyelidikannya dilakukan dalam waktu yang lama (minimal 30 tahun) dan meliputi wilayah yang luas. Sedangkan yang termasuk unsur-unsur iklim diantaranya : radiasi surya, suhu udara, kelembaban udara, angin, awan, presipitasi (hujan) dan evaporasi (penguapan).

B.     Radiasi Surya

Radiasi surya sering orang menyebutnya sinar matahari. Sinar matahari ini mempunyai peranan yang sangat penting di dalam kehidupan makluk hidup. Tanpa adanya sinar matahari kehidupan makluk di bumi baik itu manusia, tanaman, ternak, ikan dan lainnya tidak akan ada. Meskipun hanya sebagian kecil dari radiasi yang dipancararkan oleh matahari diterima permukaan bumi, namun radiasi matahari merupakan sumber energi utama untuk semua proses-proses fisika atmosfer. Proses –proses fisika atmosfer tersebut menentukan keadaan cuaca dan iklim di atmosfer bumi kita. Radiasi matahari yang sampai di permukaan bumi hanya sekitar setengah dari yang diterima di puncak atmosfer, karena sebagian akan diserap dan dipantulkan kembali angkasa luas oleh atmosfer khususnya awan. Adapaun faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan radiasi matahari di permukaan bumi sangat bervariasi adalah: jarak antara bumi dan matahari, pengaruh atmosfer bumi, panjang hari dan sudut datang. Awan, gas-gas yang berhamburan atau yang ada di atmosfer akan mempengaruhi penerimaan radiasi/sinar matahari di bumi. Dengan adanya radiasi matahari ke bumi tersebut akan mempengaruhi suhu yang ada di bumi. Pada saat proses pemeliharaan ternak keadaan suhu sangat menentukan keberhasilan usaha. Suhu yang berada dalam kandang maupun di luar kandang ternak dapat berubah-ubah tergantung dari jumlah radiasi/sinar matahari atau panas yang diterima. Bila jumlah radiasi /sinar matahari atau panas yang ada dalam kandang mapun di luar kandang bertambah, maka suhu akan naik dan sebaliknya apabila jumlah radiasi/sinar matahari atau panasnya berkurang maka suhu akan turun. Untuk mengendalikan agar sinar matahari yang masuk ke dalam kandang tidak berlebihan maka perlu adanya naungan atau tanaman pelindung kandang. Tanaman pelindung yang berada disekitar kandang juga harus diatur atau dirawat. Jangan sampai terlalu rimbun karena dapat mengganggu sinar matahari yang masuk di dalam kandang.

C.    Suhu

Suhu adalah suatu besaran yang menyatakan ukuran derajat panas atau dinginnya suatu benda. Atau dapat juga dikatakan suhu adalah derajat panas atau dingin yang diukur berdasarkan skala tertentu dengan menggunakan termometer. Suhu dapat dinyatakan dengan satuan derajat celcius ( 0 C), derajat fahrenheit ( 0 F), derajat reamur ( 0 R) , derajat Kelvin ( 0 K). Walaupun suhu dapat dinyatakan dengan beberapa satuan akan tetapi satuan suhu yang umum digunakan adalah derajat celcius ( 0 C). Sedangkan alat untuk mengukur suhu adalah termometer. Suhu merupakan salah satu unsur iklim yang penting dan harus diperhatikan pada saat proses pemeliharaan ternak baik itu ternak ruminansia, ternak unggas maupun aneka ternak. Keadaan suhu lingkungan baik itu di dalam kandang maupun di luar kandang akan mempengaruhi pernafasan dan denyut nadi ternak. Apabila keadaan suhu udara tinggi, maka akan cenderung mempercepat denyut nadi dan proses pernafasan. Hal demikian bertujuan untuk mengurangi panas dalam tubuh ternak. Ternak untuk mempertahankan suhu tubuhnya, dari pengaruh suhu yang ada dilingkungan harus mempertahankan keseimbangan antara panas yang di dapat dari lingkungan dengan panas yang ada dalam tubuhnya. Apabila keadaan suhu terlalu tinggi maka ternak akan kepanasan, sedang suhu untuk ternak ayam petelur suhu ideal adalah 15 0 C - 32 0 C dan ayam pedaging suhu idealnya 20 0 C - 32 0 C. Suhu badan ternak bervariasi sepanjang harinya, semakin siang semakin tinggi dan mencapai puncaknya pada sore hari. Disamping itu suhu badan ternak muda lebih tinggi dari pada ternak tua. Sebagai contoh suhu normal rata-rata badan ternak sebagai berikut : sapi adalah 38,5 0 C , anak sapi 39,2 0 C kambing 39,4 0 C, dan domba 39,5 0 C . Oleh karena itu demi keberhasilan dalam pemeliharaan ternak suhu di dalam kandang perlu diatur. Sebagai contoh untuk menaikan suhu di dalam kandang pada saat pemeliharaan ternak unggas (ayam) perlu diberi pemanas. Sedangkan untuk menurunkan suhu di dalam kandang dengan cara membuka ventilasi, membuka layar atau tirai kandang, memberi atau menyalakan AC atau kipas angin dan lain sebagainya.

D.    Cuaca

Cuaca adalah nilai sesaat dari atmosfer, serta perubahan dalam jangka pendek (kurang dari satu jam hingga dua puluh empat jam), di suatu tempat tertentu di bumi. Atau keadaan udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit dan pada jangka waktu yang singkat.

E.     Kelembaban

Kelembaban udara menggambarkan kandungan uap air di udara yang dapat dinyatakan sebagai kelembaban mutlak, kelembaban nisbi (relatif) maupun difisit uap air. Yang dimaksud dengan kelembaban mutlak adalah kandungan uap air per satuan volume. Kelembaban nisbi membandingkan antara kandungan atau tekanan uap air aktual dengan keadaan jenuhnya atau pada kapasitas udara untuk menampung uap air dan kelembaban nisbi dinyatakan dalam pesen( %). Kelembapan yang baik adalah kurang lebih 60%, keadaan kelembaban yang tinggi dapat menurunkan jumlah panas yang hilang akibat penguapan, sedangkan proses penguapan dalam tubuh merupakan salah satu cara untuk mengurangi panas tubuh sehingga tubuh menjadi sejuk. Jumlah panas yang hilang tersebut tergantung dari luas permukaan tubuh, bulu yang menyelubungi kulit, jumlah dan besar kelenjar keringat, suhu lingkungan dan kelembaban udara. Dalam kehidupan sehari-hari yang dimaksud dengan kelembaban adalah kelembaban realatif atau relative humidity atau disingkat RH. Angka kelembaban relatif berkisar antara 0 -100 %. Angka kelembaban relatif sebesar 0 % berarti udara kering ( berarti tidak mengandung uap air), sedangkan 100 % berarti udara jenuh mengandung uap air dimana akan terjadi titik-titik air ( pengembunan), di alam pengembunan terjadi pada pagi hari. Di Indonesia di daerah pegunungan umumnya mempunyai kelembaban nisbi yang tinggi, karena suhunya rendah, sehingga kapasitas udara menampung uap air relatif kecil. Untuk mengukur kelembaban udara dapat dilakukan dengan menggunakan alat termohygrometer, atau dapat pula menggunakan alat termometer bola basah bola kering. Termometer dapat digunakan untuk mengukur suhu dan kelembaban sekaligus. Untuk mengukur kelembaban baik itu di dalam kandang atau di ruangan dapat menggunakan termohygrometer dengan cara meletakan alat tersebut pada dinding kandang atau dinding ruangan tersebut. Apabila di dalam kandang/ ruangan/ lingkungan sekitar kandang terlalu lembab, dapat diberi ventilasi, lampu penerangan, pemanas atau mengurangi / memangkas tanaman yang menutupi kandang dan lain sebagainya.

F.     Angin

Angin seperti apa yang telah disinggung dibagian atas bahwa angin merupakan salah satu unsur iklim. Maksud Angin adalah udara yang bergerak dikarena adanya perbedaan tekanan udara disekitarnya. Angin bergerak dari tempat yang bertekanan udara tinggi ketempat yang bertekan udara yang rendah. Adapun peranan angin dalam bidang peternakan adalah sangatlah penting, karena berkaitan erat dengan apabila peternak akan membangun kandang. Kandang ternak yang di bangun hendaklah tidak mengarah datangnya arah angin, karena apabila bangunan kandang mengarah datangnya arah angin dapat mengganggu ternak, yaitu ternak bisa kedinginan dan akhirnya dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan ternak terganggu. Dan yang tidak kalah penting adalah apabila keadan angin terlalu kencang dapat menyebabkan kandang roboh atau pohon-pohon sekitar bangunan kandang roboh. Untuk menghindari hal itu, maka pada umumnya peternak apabila bangun kandang selalu memperhatikan arah datang sumber angin dan membuat bangunan atau penahan angin.

G.    Awan dan hujan

Merupakan hasil kondensasi dari uap air yang bergerak naik bersama kantong udara. Atau ada yang mengatakan gumpalan uap air yang terapung di atmosfer yang seperti asap berwarna putih, hitam atau biru yang ada di langit. Karena sifatnya yang memantulkan dan menyerap radiasi matahari serta menyerap radiasi bumi maka awan juga ikut menentukan pemanasan dan pendinginan bumi. Terjadinya hujan pasti di dahulu adanya awan. Tanpa adanya awan maka hujan tidak akan terjadi. Walaupun demikian tidak selalu kalau ada awan pasti akan turun hujan. Hujan dapat mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung terhdap pertumbuhan dan perkembangan ternak. Pengaruh secara tidak langsung adalah dengan adanya hujan maka air akan cukup banyak, sehingga air tersebut dapat dimanfaatkan oleh tanaman pangan atau tanaman hijauan pakan ternak sehingga tanaman tumbuh dan berkemang baik. Setelah itu baru diberikan pada ternak untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Pengaruh langsung apabila hujan terus menerus dapat menyebabkan keadan suhu di dalam kandang dan di luar kandang menjadi dingin yang akhirnya dapat menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan ternak dapat terganggu.

H.    Evaporasi (pengupan)

Evaporasi juga termasuk salah satu unsur iklim, terjadinya proses hujan karena adanya evaporasi atau penguapan. Evaporasi adalah hilangnya air melalui permukaan tanah dan air. Evaporasi dapat menyebabkan turunnya suhu suatu permukaan. Air merupakan kebutuhan mutlak bagi setiap makluk hidup, jumlah air yang diperlukan oleh ternak tergantung dari jenis ternak, umur ternak serta faktor lingkungan.  Semua ternak akan kehilangan energi melalui evaporasi, jumlah kehilangan tergantung dari jenis ternaknya, lebar permukaan tubuh, keadaan bulu dan lain sebagainya. Ternak domba untuk meningkatkan efisiensi evaporasi dengan pencukuran bulu ( wol) pada saat musim panas. Ternak unggas untuk meningkatkan efisiensi evaporasinya dengan bernafas terengah-engah dll.

I.       Lingkungan Ternak

Berdasarkan keberadaan lingkungan , lingkungan ternak dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu lingkunga internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal adalah lingkungan yang berada di dalam tubuh ternak, sedangkan lingkungan eksternal adalah lingkungan yang berada di luar tubuh ternak . Seperti lingkungan sosial atau lingkungan kelompok ternak, lingkungan hayati dan lingkungan non hayati. Yang termasuk dalam lingkungan non hayati diantaranya: racun, obat-obatan, udara, tanah, debu, air, antibiotik dan lain-lain. Lingkungan hayati sering disebut lingkungan biologi, yang terdiri dari mikroorganisme, predator, tanaman dan manusia Lingkungan sosial atau lingkungan kelompok ternak misalnya pemisahan ternak berdasarkan individu, kelompok, jenis kelamin, umur , tingkat produksi, kepadatan kandang dan lain-lain.

J.      Iklim Mikro

Yang dimaksud dengan iklim mikro adalah iklim yang berlaku pada lingkungan terkecil tertentu dan bisa diatur manusia. Dan iklim mikro ini akan sangat berpengaruh terhadap proses pertumbuhan dan perkembangan ternak. Misalnya pada saat peternak memelihara ternak ayam yang masih kecil (DOC) perlu mengatur iklim mikro di dalam kandang. Yaitu dengan cara membuat broding ring di dalam kandang. Semua itu dilakukan dengan tujuannya agar ayam yang dipelihara tidak banyak yang mati. Begitu pula untuk memelihara itik yang masih kecil atau (DOD) keadaan iklim mikronya juga selalu diperhatikan. Untuk ternak ruminansia seperti sapi, domba dan kambing yang masih anak juga memerlukan tempat yang teduh, hangat, kering dan bebas dari cuaca yang dingin. Jadi iklim mikro dalam kandang sangat mempengaruhi produksi ternak.

K.    Iklim Makro

Sedangkan yang dimaksud dengan iklim makro adalah iklim yang berlaku di alam bebas atau secara luas tanpa adanya pengaruh aktivitas manusia.

2.    Permasalahan Lingkungan Iklim Mikro Kandang Ternak

Ternak unggas tergolong hewan homeothermic (berdarah panas) dengan ciri spesifik tidak memiliki kelenjar keringat serta hampir semua bagian tubuhnya tertutup bulu. Kondisi biologis seperti ini menyebabkan ternak unggas dalam kondisi panas mengalami kesulitan membuang panas tubuhnya ke lingkungan. Akibatnya, ternak unggas yang dipelihara di daerah tropis rentan terhadap bahaya stres panas. Stres dapat didefinisikan sebagai suatu kondisi pada ternak yang menyebabkan meningkatnya suhu atau stresor lain yang berasal dari luar ataupun dari dalam tubuh ternak  (Ewing et al. 1999), sedangkan Moberg (2000) mendefinisikan stres sebagai setiap respons biologis yang dapat menimbulkan ancaman dan mengganggu homeostasis pada hewan, bahkan setiap stresor yang menyebabkan dampak negatif pada kesejahteraan binatang dapat dikategorikan sebagai stres. Setiap makhluk hidup memiliki suatu zona fisiologis yang disebut zona homeostasis (Noor & Seminar 2009). Apabila terjadi stres, maka zona homeostasis ini akan terganggu dan tubuh akan berusaha mengembalikan ke kondisi sebelum terjadi stres. Ternak unggas yang menderita stres akan memperlihatkan ciri-ciri gelisah, banyak minum, nafsu makan menurun dan mengepak-ngepakan sayap di lantai kandang. Disamping itu, ternak yang menderita stres akan mengalami panting dengan frekuensi yang berbanding lurus dengan tingkat stres, suhu resital meningkat yang disertai dengan peningkatan kadar hormon kortikosteron dan ekspresi HSP 70 (Tamzil et al. 2013b). Munculnya stres panas pada ternak unggas dapat menjadi pemicu munculnya berbagai macam penyakit, laju pertumbuhan dan produksi telur menurun dan berakhir dengan turunnya tingkat keuntungan.Penurunan produksi (pertumbuhan dan produksi telur) antara lain disebabkan oleh berkurangnya retensi nitrogen dan berlanjut ke penurunan daya cerna protein dan beberapa asam amino (Tabiri et al. 2000).

3.    Pengaturan Iklim Mikro Kandang

Demi berhasilnya dalam proses pemeliharaan ternak sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungannya. Lingkungan yang berpengaruh dalam kehidupan ternak sangat kompleks. Pemenuhan kondisi lingkungan yang sesuai merupakan salah satu syarat menciptakan kenyamanan bagi ternak yang pada akhirnya akan memberikan produktivitas terbaiknya.

Kondisi temperatur yang baik bagi ternak yaitu kondisi di mana ternak tidak menunjukkan gejala responsif terhadap temperatur. Keadaan temperatur juga memengaruhi tingkat kenyamanan bagi ternak baik itu di dalam kandang maupun di luar kandang, di mana keadaan temperatur yang cocok untuk kenyamanan bagi setiap jenis ternak berbeda-beda.

a.         Desain kandang

Untuk itu maka dalam mendesain kandang untuk masing-masing jenis ternak berbeda-beda. Kandang untuk ternak ruminansia, berbeda dengan kandang ternak unggas begitu pula untuk aneka ternak. Desain kandang untuk anak ternak yang baru lahir, berbeda dengan kandang untuk ternak baru bunting, desain kandang untuk anak yang baru menetas, berbeda dengan kandang ternak yang dewasa.

b.         Pengaturan temperatur

1.      Menurunkan temperatur

Untuk pengaturan temperatur atau suhu yang ada di dalam kandang dapat dilakukan dengan pengaturan ventilasi udara yang ada dalam kandang. Untuk pengaturan suhu atau temperatur di dalam kandang selain dengan lubang ventilasi dapat juga dengan menggunakan kipas penyedot (Exhaust Fan). Kandang ternak dengan sistem close house pada umumnya dilengkapi dengan fasilitas exhaust fan..

Ternak termasuk homiatherm, yang artinya ternak tersebut mempunyai kemampuan mengontrol temperatur tubuhnya, sehingga temperatur tubuhnya tetap atau tidak berubah dengan adanya perubahan temperatur lingkungan. Temperatur yang berada di suatu tempat atau lingkungan tertentu dapat berubah dengan adanya perpindahan panas. Ada 4 cara perpindahan panas diantaranya:

·         Radiasi, yang dimaksud dengan radiasi yaitu perpindahan panas secara pancaran langsung

·         Konveksi, yaitu merupakan perpindahan panas melalui aliran udara dari daerah yang panas ke daerah yang lebih dingin

·         Konduksi adalah perpindahan panas dengan perambatan melalui medium penghantar panas.

·         Evaporasi, adalah penguapan air bisa melalui tanah dan air, yang bisa menyebabkan turunnya suhu suatu permukaan

2.   Menaikkan temperatur

Panas yang ada di dalam kandang ternak akan selalu berubah. Perubahan panas atau suhu dalam kandang dapat berjalan cepat dan bisa juga berjalan lambat. Semua itu tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Cara menaikkan temperatur dengan memasang (heater) pemanas baik yang bersumber dari listrik, gas atau batubara. Menaikkan temperatur banyak diterapkan pada unggas yang masih kecil (fase starter). Selain menambah pemanas juga bisa dipasang tirai plastik agar temperatur naik.

3.   Mengatur kelembaban

·   Mengatur ventalisai, jenis atap 

·     Menjaga air minum tidak tumpah 

·     Menjaga kebocoran kandang





 





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bangsa-Bangsa Sapi Didunia

Bos taurus a.    Sapi Aberden-Angus Sapi jenis ini berasal dari daerah Skotlandia,dengan ciri-ciri berbulu hitam agak panjang, keriting, halus, dan tidak bertanduk. Berat sapi jantan dewasa sekitar 900 kg dan berat betina sekitar 700 kg.Sapi ini termasuk kedalam sapi pedaging dengan bentu tubuh yang panjang dan kompak,karkasnya menghasilkan daging yang sangat baik mutunya dan terkenal terdapat marbling atau penyebaran lemak dalam daging. b.    Sapi Hereford Sapi ini terkenal dengan dagingnya yang bermutu baik dan warna nya yang unik dan kadang-kadang juga disebut sapi berjuka putih.Sapi ini mempunyai kemampuan tahan terhadp cuaca ekstrim.Sapi ini termasuk dalam jenis sapi potong dengan bobot sapi jantan dewasa sekitar 850 kg dan bobot sapi betina dewasa sekitar 650 kg. c.     Sapi shorthorn       Jenis sapi ini dibagi menjadi dua yaitu sapi Shorthorn pedaging dan Shorthorn perah. Sapi Shorthorn tipe pedaging merupakan sapi potong terberat yang

Cairan Hebat dan SerbaGuna

  Eco-Enzyme by SMKN 1 Woyla Aceh Barat     Pada umumnya, sampah atau hasil samping dari sayur-sayuran maupun buah-buahan akan dibuang begitu saja oleh sebagian dari masyarakat disekitar kita, padahal tanpa disadari bahwa sampah organik yang kita buang masih bisa dimanfaatkan dan bernilai ekonomis serta masih banyak terdapat kandungan nutrisi didalamnya (Arbi, H. 2023).      Peningkatan aktivitas masyarakat berpotensi menyebabkan semakin banyak volume sampah/limbah yang dihasilkan (Yusuf, 2008), karena setiap aktivitas manusia akan menghasilkan adanya sampah atau limbah. Sisa-sisa kegiatan manusia atau proses alam yang berbentuk padat atau semi padat dan berupa zat organik atau anorganik yang tidak diperlukan manusia lagi (Megah et al. 2018), menandai keberadaan manusia yang berpengaruh kurang baik terhadap lingkungan sekitar.  Pada dasarnya, sampah tidaklah selalu menimbulkan kerugian bagi manusia, dan bahkan dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat apabila dikelola dengan cara yang

Proses Pembuatan Cairan Serbaguna Eco-Enzyme

Proses Pembuatan Eco-Enzyme by SMKN 1 Woyla Aceh Barat  Eco-enzyme merupakan suatu  produk yang  ramah lingkungan yang mudah dibuat oleh siapapun.  Cara pembuatannya hanya membutuhkan 3 komponen yaitu  air, gula sebagai sumber karbon, dan sampah organik sayur dan buah. Menurut Winata dkk 2017 tata cara pembuatan eco enzyme sebagai berikut :  1. Siapkan alat bahan  yang dibutuhkan seperti limbah dapur seperti kulit buah dan sisa sayuran dll.  2. Potong kecil-kecil limbah dapur tersebut.  3. Timbang gula merah atau molase dan limbah dapur tersebut sehingga menghasilkan  perbandingan 1:3. 4. Siapkan pula  air hangat secukupnya sehingga membentuk perbandingan1 :3:10 antara   gula merah, limbah dapur, dan air. 5. Gula merah dilarutkan dengan  air hangat  dalam wadah plastik.  6. Masukan  limbah dapur  ke dalam larutan gula merah yang telah dibuat, 7. Sisakan sedikit ruang pada wadah dan tutup wadah plastik dengan rapat sehingga tidak ada udara yang masuk. 8. Simpan wadah tersebut di tempat